komunitasweg

.Misteri “Ruang Kosong” di Antara Tiga Gedung.

In Uncategorized on Mei 17, 2009 at 6:15 pm

1#.

DATA awal pengukuran yang diperoleh tim eksplorasi dari Terralog dan Geofisika Terapan ITB pimpinan Dr. Hendra Grandis, membuat “PR”, pegawai Museum Konperensi Asia Afrika (KAA), dan Bandung Heritage, dikejar rasa penasaran. Salah satunya, data awal yang memperlihatkan image kasar adanya “ruang kosong” di bawah ruang VIP I dan II yang sebelumnya tidak pernah terungkap. Yang lainnya, ialah data yang mengindikasikan adanya “ruang kosong” di trotoar depan Gedung Merdeka, dan trotoar depan bangunan tua di seberang Gedung Merdeka.

Ferry Rahman Aries, seorang peneliti Terralog belum berani menyimpulkan arti data itu. Menurut dia, kesimpulan bisa diambil jika data telah diolah. Pengolahan data memakai peranti lunak khusus yaitu Reflexw dan Sandmeier. Beberapa pekerjaan besar akan menanti jika hipotesis keberadaan lorong-lorong rahasia itu terbukti. Untuk Gedung Merdeka, kemungkinan akan dilakukan penggalian kembali jika terbukti ada terowongan itu.

Kepala Museum KAA Isman Pasha mengatakan, mereka bertekad mengembalikan bentuk asli Gedung Merdeka. Langkah awal ialah dengan menjebol pintu lorong bawah tanah yang kini di tertutup bata dan semen. Tekad Isman itu bukan main-main. Pasal 13 (2) UU RI No.5/1992 tentang Cagar Budaya menyebutkan, perlindungan dan pemeliharaan benda cagar budaya wajib dilakukan dengan memperhatikan nilai sejarah dan keaslian bentuk serta pengamanannya.

Isman berharap, dengan dikembalikannya Gedung Merdeka ke bentuk aslinya, akan memberi pengalaman berbeda bagi para pengunjung yang datang ke Museum KAA. “Mereka nantinya tidak hanya datang, mendengar paparan soal KAA, atau hanya sekadar foto-foto. Saya ingin pengunjung mendapat sensasi dan pengetahuan yang berkesan. Salah satunya, perjalanan menyusuri ruang bawah tanah,” katanya.

Dua hari setelah pengukuran, tim Terralog yang diwakili Ferry, memaparkan hasil pengolahan data pengukuran itu. Hasilnya, tidak jauh dari dugaan sebelumnya. Hasil pengolahan data menyebutkan, pengukuran di lintasan depan dan atas podium ruang konferensi, terindikasi adanya ruang bawah tanah yang ditimbun di bawah podium ruang utama.

Lebarnya ruang bawah tanah itu tak jauh berbeda dengan lebar podium, sekitar tiga meter. Pengukuran di lintasan atas podium juga menunjukkan adanya suatu batas urukan sekitar 0,5 meter dari batas anak tangga paling atas.

Pengukuran dengan lintasan ruang utama, koridor antara ruang konferensi dengan ruang VIP, serta ruangan di sayap barat, menunjukkan ada ruang kosong yang diindikasikan sebagai lorong di bawah lantai. Lorong itu kemungkinan jalan tembus dari ruang bawah tanah yang ada sekarang menuju ruang di bawah podium.

Tak terbukti

Data pengukuran yang cukup fenomenal, yaitu gambaran ruang kosong di bawah ruang VIP I dan VIP II. Jika data kasar saat pengecekan menunjukkan adanya “ruang kosong”, namun setelah data itu diolah ternyata tak terbukti. Data yang agak berbeda itu ternyata hanyalah perbedaan lapisan tanah di sekitar itu. Olah data pengukuran di trotoar depan Gedung Merdeka menunjukkan, ruang kosong di bawah trotoar tidak mengarah ke gedung di seberangnya.

Demikian juga dengan data georadar yang diperoleh dari trotoar sepanjang de Vries hingga Toko Lido. Hipotesis Gedung Merdeka tersambung dengan Gedung de Vries dan Toko Lido melalui terowongan, tidak terbukti. Data georadar yang menunjukkan “ruang kosong” hanyalah gorong-gorong.

Hasil itu membuktikan, cerita tentang lorong-lorong rahasia yang menghubungkan gedung-gedung tua di sepanjang Jln. Asia-Afrika hanyalah isapan jempol. Namun, cerita tentang ruang bawah tanah dan lorong di dalam Gedung Merdeka, benar adanya. Termasuk fakta keberadaan ruang bawah tanah di sejumlah bangunan tua zaman Belanda seperti de Vries dan Toko Lido. (Satrya Graha/”PR”/bersambung)***
Penulis:
Back

2#

TIGA tulisan sebelumnya mengupas keberadaan terowongan di Gedung Merdeka, de Vries (Toko Padang), dan Toko Lido. Misi selanjutnya ialah mencari kebenaran tentang lorong-lorong bawah tanah yang kabarnya menghubungkan ketiga gedung tadi.

Namun, sebelum itu dilakukan, akan dibuktikan tentang keberadaan terowongan rahasia di bawah Gedung Merdeka di sekitar ruang konferensi dengan ruangan bawah tanahnya.

Ada beberapa alternatif pilihan untuk membuktikan keberadaan terowongan dan lorong rahasia itu. Terdapat cara yang lebih efektif untuk dapat membuktikan ada tidaknya terowongan itu, yakni dengan menggunakan alat berteknologi canggih.

Dalam hal ini, “PR” berkonsultasi dengan Dr. Hendra Grandis yang merupakan Ketua Program Magister dan Doktor Geofisika Terapan di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB. Grandis menyarankan penggunaan alat yang bernama Geo Penetrating Radar atau biasa disebut georadar.

Alat tersebut biasa dipakai untuk menentukan kedalaman batuan dasar dalam penentuan fondasi suatu bangunan. georadar juga bisa dilakukan di jalan raya, mendeteksi pipa, terowongan atau ruang bawah tanah. Selain itu, georadar juga dapat diaplikasikan untuk eksplorasi mineral dan geologi.

Georadar memancarkan gelombang elektromagnetik yang merambat ke bawah permukaan dengan frekuensi 1-1.000 mhz. Metode ini bisa memetakan struktur bawah permukaan yang dangkal tanpa harus merusaknya. Instrumen yang dipakai ialah ProEx dengan antena RTA frekuensi 25 mhz, serta Ramac X3M dengan antena 250 mhz. Kedua instrumen produksi MALA Geosciences itu dioperasikan dengan bantuan para pegawai Terralog, layanan eksplorasi pertambangan yang berdomisili di Kota Baru Parahyangan.

“Ruang kosong”

Sebelum melakukan pengecekan, tim telah menentukan lintasan yang akan diambil. Lintasan-lintasan tersebut memotong target atau objek yang telah diketahui sebelumnya. Informasi awal yang dipegang ialah dugaan adanya terowongan di bawah podium ruang konferensi dan lorong lain yang diduga bercabang dari ruang utama itu.

Ruang bawah tanah Gedung Merdeka terletak di bawah ruang VIP dan ruang sayap barat. Lintasan deteksi georadar dilakukan di ruang utama serta beberapa lintasan lain yang memotong ruangan VIP itu.

Data awal yang diperoleh memperlihatkan adanya “ruang kosong” yang sempit di bawah lantai ruangan utama (di sisi podium), menuju ruang bawah tanah. Dari pengukuran di atas dan di depan podium diperoleh data kasar tentang perbedaan struktur tanah di bawah podium dengan struktur tanah di depan podium.

Tak puas di ruang utama, tim melakukan pengukuran di ruang lain, yaitu Ruang VIP I dan VIP II. Tim mendapatkan data yang cukup mengejutkan. Di ruang VIP I dan II itu, data alat itu menunjukkan image adanya “ruang kosong” yang sempit.

Data tersebut merupakan penemuan tak terduga karena sebelumnya tidak pernah ada yang mengetahui tentang keberadaan “ruang kosong” di bawah ruang VIP. “Sama seperti di ruang utama, ini baru data kasar. Belum tentu benar dan belum tentu salah. Data harus diolah dahulu,” katanya.

Setelah mendeteksi ruangan dalam Gedung Merdeka, tim beralih ke luar Gedung Merdeka untuk melakukan pengukuran. Lintasan yang diambil ialah trotoar sepanjang Gedung Merdeka, de Vries, dan Toko Lido. Tim mendapatkan data kasar juga tentang adanya “ruang kosong” yang sempit di lintasan itu.

Pertanyaan berikutnya, apakah ketiga ruang kosong yang sempit itu saling berhubungan? Jika terbukti, berarti memang benar bahwa antara ketiga gedung tadi saling terhubung melalui lorong-lorong bawah tanah. (Satrya Graha/”PR”/bersambung)***. Gedung KONFERENSI ASIA AFRIKA . 18 april 1955 .

Tinggalkan komentar